Bulan yang Pemalu
Aku cinta kamu!
Aku suka kamu!
Tidak, tidak
Kurasa terlalu monoton
Bagaimana cara mengatakannya
Namun,
Secara tersirat?
Aku ada ide!
Aku akan berandai
Ibarat bintang yang kagum pada bulan dari kejauhan
Ibarat hiu yang kagum pada anggunnya Hyena
Ibarat Sahara yang merindukan Himalaya
Tak pernah sampai rasa itu bahkan kala mereka mati
Nasib baik ku tak seburuk mereka
KETAHUILAH!
Ku jamin, rasaku pun tak kalah dibanding mereka
Namun kau tau
Apa jadinya
Kala semua maju
Memakai hati mereka?
Suatu ketika Hiu loncat ke daratan
Naas ia ditelan sengat Matahari
Bintang mengetuk pintu Sang Bulan
Naas alam semesta riuh bersuara
Sahara mendaki Himalaya
Naas ia dibekukan dingin pegunungan
Semua patut diperjuangkan
Termasuk kau, Kiyoko
Tapi taukah kamu?
Romeo dan Juliet mati bersama
Namun di alam sana mereka tak pernah bersama
Sang waktu punya alasan semena-mena pada manusia
Kau dan aku contohnya
Triwarna di pergelangan tanganmu,
cukup jadi tembok cadas tanpa batas
Beras di keningmu, yang muncul kala
bulan bersinar penuh
Cukup menjadi jurang yang ketika ku tengok,
dasarnya bahkan ditutupi awan kelabu
Kain selendang indah yang selalu kau bawa
Cukup menjadi sangkakala
Kala ku tanya Sang Pencipta
“Apa benar aku bisa?”